Kamis, 29 Maret 2012

Silahkan Saja

Suatu hari Abu Nawas kedatangan tiga orang tamu utusan baginda Raja Harun Ar Rasyid.
“kami diutus oleh baginda Raja agar berak di tempat tidurmu. Karena ini perintah Raja maka kamu tidak boleh keberatan”, kata salah seorang dari mereka.
“saya sama sekali tidak keberatan. Silahkan saja kalau kalian mampu melaksanakan perintah baginda Raja”, jawab Abu Nawas.
“Betul?” tanya utusan Raja.
“Iya, silahkan saja!” sahut Abu Nawas.
Abu Nawas mengawasi orang-orang itu beranjak ke tempat tidurnya dengan geram. Berak di tempat tidur? Betul-betul kurang ajar, kelewat batas.
Pada saat mereka hendak bersiap-siap berak, mendadak Abu Nawas berkata.
“Hai, maaf. Ada yang lupa saya sampaikan kepada kalian”.
“Apa itu?”
“Saya ingatkan supaya kalian jangan melebihi perintah baginda Raja. Jika kalian melanggar, saya pukul tengkuk kalian dengan pentungan, setelah itu baru saya laporkan kepada Baginda bahwa kalian melanggar perintahnya.” Jawab Abu Nawas dengan serius. Bahkan kini Abu Nawas sudah mengambil pentungan kayu besar.
“He, apa maksudmu Abu Nawas?”
“Ingat!” kata Abu Nawas tegas. “Perintah Baginda hanya berak di tempat tidur saya”.
“Iya betul”.
“Haya berak tok! Jadi kalian tidak boleh kencing, tidak boleh lepas celana, tidak boleh cebok. Hanya berak saja.” Kata Abu Nawas lagi.
“Wah, itu tidak mungkin. Kami pasti kencing juga.”
“Aku pukul tengkuk kalian sekeras-kerasnya.”
“Lho..?”
“Iya, sebab kalian melanggar perintah Baginda.”
Mereka saling pandang dengan cengar-cengir.
“Kalau begitu kami tak sanggup mengerjakan perintah Baginda.”
“Itu bukan urusan saya.” Kata Abu Nawas.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More